Hati Mukmin

Share it Please
glitter graphics maker

HATI atau roh adalah hakikat kejadian manusia, karena itu ia diberi keupayaan untuk merasa senang dan susah. Ia sangat sensitif terhadap apa yang terjadi, yang didengar, dilihat dan dirasa. Dari sanalah ia menentukan sikap manusia baik positif atau negatif. Memang hakikat penciptaan hati oleh Allah SWT adalah suatu yang maha ajaib. Kecepatan perjalanan hati tidak terhitung dan ruang gerakannya tiada halangan dan tanpa batasan. Hati atau roh tidak mati sewaktu jasad lahir manusia mati. Hati berpindah ke Alam Barzakh dan seterusnya ke akhirat. Bagi orang mukmin yang suci murni hatinya, dia dapat melihat Allah di Syurga kelak.
Itulah dia hati manusia. Ia juga disebut roh. Tempatnya di dalam hati jasmani. Hati rohaniah ini ibarat burung yang bersangkar di dalam hati jasmaniah. Hati manusia berbeda dengan hati hewan, karena hati manusia bisa menerima perintah dan larangan; ia disebut ruhul amri. Sementara hati hewan tidak bersifat demikian; ia disebut ruhul hayah. Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya:
Terjemahannya: Sesungguhnya di dalam diri manusia itu ada sepotong daging. Jika baik daging itu, baiklah manusia. Jika jahat daging itu, jahatlah manusia. Ketahuilah, itulah hati.
(Riwayat Bukhari & Muslim)
Hati bisa baik dan bisa juga jahat. Rasa senang apabila ia dipuji. Rasa menderita apabila dikeji. Rasa riyak dan megah apabila mendapat kelebihan dan keberhasian. Rasa ujub (heran akan diri) apabila mempunyai kemampuan. Rasa inferiority complex apabila mempunyai kekurangan. Rasa sombong dan angkuh apabila berkuasa atau ada ilmu, kekayaan dan kekuatan. Rasa marah apabila dihujat dan dihina. Rasa tidak senang (hasad) apabila melihat orang lain lebih. Rasa dendam apabila orang menganiayainya. Simpati dengan orang susah. Rasa keluh-kesah apabila dapat susah. Rasa berhutang budi dan terima kasih pada orang yang menolong. Rasa takut apabila berhadapan dengan perkara yang menakutkan. Rasa jijik apabila berhadapan dengan benda kotor.
Begitulah riak-riak hati yang berpindah-pindah kepada berbagai rasa dengan sendirinya, apabila dirangsang oleh faktor-faktor luar. Ada rasa yang jahat dan ada yang baik. Perasaan itu kemudian akan mempengaruhi sikap lahir manusia. Kalau rasa itu baik, baiklah tindakan manusia. Dan kalau rasa itu jahat maka jahatlah tindakan lahir manusia.
Dengan keahlian dan kuasa yang penting, hati seolah-olah raja yang bertakhta dalam diri manusia. Dialah yang menentukan baik buruknya manusia. Akal adalah penasihatnya. Anggota-anggota lahir adalah rakyat jelatanya yang taat pada perintahnya. Nafsu dan syaitan adalah musuhnya. Demikian struktur kerja yang berlaku dalam diri manusia. Kita mesti memahami dan memberi perhatian penting pada persoalan ini, karena baik jahatnya kita, bergantung pada hati serta pengurusan kita dalam hal ini. Siapa mengabaikan urusan hati, artinya membiarkan dirinya berjalan dalam gelap. Nasibnya belum tentu selamat dunia dan akhirat.
Hati bisa dididik. Lihat apa kata Allah tentang hati.
1.
Terjemahannya : Beruntunglah orang yang membersihkan hatinya dan rugilah siapa yang mengotorinya.
(Asy Syams: 91)
2.
Terjemahannya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan di ingat nama Tuhannya lalu dia sembahyang.
(Al A'la. 14-15)
3.
Terjemahannya: Pada hari itu, tidak berguna lagi harta dan anak-anak. Kecuali mereka yang pergi menghadap Allah membawa hati yang selamat.
(Asy Syuara: 88 89)
Allah memerintahkan kita agar mendidik hati hingga hati kita menjadi hati yang selamat. Yakni hati yang bersih dari sifat-sifat yang jahat (mazmumah). Cara-cara pendidikan hati terdapat dalam ilmu tasawuf. Judul ini tidak bermaksud untuk menerangkan tentang cara mendidik hati. Ia bermaksud untuk menceritakan wajah hati yang sudah dididik, yang sudah bersih dan selamat. Yakni hati yang ada pada para muknin.
Antara sifat-sifat hati mukmin ialah:
1. Sensitif dengan Tuhan. Hatinya akan gerun dan gentar apabila teringat Tuhan. Terasa betapa besarnya kekuasaan Allah, yang dapat berbuat apa saja terhadap dirinya. Betapa lemahnya dia karena tiada upaya menolak apapun takdir Allah. Ini berdasarkan firman Allah:
Terjemahannya: Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?
(Al Mulk: 16)

Terjemahannya : Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?
(Al Mulk: 17)
Terjemahannya: Katakanlah, "Terangkanlah kepada-Ku jika sumber air kamu menjadi kering maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir di bumi,"
(Al Mulk: 30)
Dengan menghayati persoalan-persoalan ini, hati mukmin menjadi takut dan gentar apabila mengingati Allah. ini juga difirmankan Allah:
Terjemahannya: Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal,
(Al Anfal: 2)
2. Orang mukmin apabila dapat nikmat, kejayaan dan kelapangan hidup, hatinya terasa syukur pada Allah, karena dirasakannya semua itu adalah pemberian Allah, bukan hasil usahanya. Hatinya rasa berhutang budi dan malu dengan Allah, sebab Allah menghadiahkannya nikmat itu, walaupun dirinya banyak dosa dengan Allah dan tidak memberi apa-apa bakti kepada Allah. Bimbang sekali hatinya kalau-kalau nikmat itu disalah gunakannya. Kalau-kalau tidak dapat diterima sebagaimana yang Allah perintahkan. Alhasil, dengan hati yang begitu orang itu akan menambahkan amal baktinya kepada Allah SWT. Itu tanda syukur dan untuk membalas kurniaan Allah.
Firman Allah:
Terjemahannya: Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku, akan Kutambah nikmat itu.
(Ibrahim. 7)
3. jika terbuat dosa, sekalipun dosa kecil, apalagi kalau dosa besar. hati mukmin gelisah, takut dan hilang ketenangan. Rasa menyesalnya bukan kepalang. Sebab dia rasa bersalah dengan Allah. Apa kata Allah dan apa hukuman yang Allah akan beri? Itu yang ditakuti. Bersungguh-sungguhlah ia meminta ampun. Hatinya menangis hingga kadang-kadang matanya turut menangis. Sedaya upaya dia mau dosanya diampuni, sebab dia tahu, dosa yang tidak diampuni di dunia, Nerakalah akibatnya.
4. Hati mukmin sentiasa hudhur dengan Allah yakni merasa senantiasa diawasi oleh Allah. Allah melihat dirinya, mendengar padanya dan mengetahui segala isi hatinya. Artinya dia benar-benar berada dalam perhatian dan kekuasaan Allah yang Maha Besar. Firman Allah
Terjemahannya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun berkuasa atasnya? Dia mengatakan, "Aku telah menghabiskan harta yang banyak. "Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun melihatnya?
(Al Balad: 4-7)
Karena itu, orang mukmin sangat menjaga hukum atau perintah Allah. Takut untuk melanggar kata Allah, yakni takut dimurkai oleh Allah. Oleh karena sangat menjaga perintah Allah, maka walau berhadapan dengan keinginan hawa nafsu yang memuncak, namun kalau perkara itu dilarang oleh Allah maka ia akan menghindarinya. Allah berfirman :
Artinya : Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya ia menahan diri daripada keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya Syurgalah tempat tinggalnya.
(An Naazi'at: 40-41)
Firman Allah lagi:

Artiya : Apabila mereka berjalan di tempat yang melalaikan, mereka berjalan dengan cara terhormat.
(Al Furqan: 72)
5. Hati mukmin sangat tawaduk dan khuduk pada Allah. Yakni sangat merendah diri pada Allah. Karena dia sadar dirinya ialah ciptaan Allah. Asalnya hanya dari setetes air mani yang hina. Terlalu lemah tiada kuasa apa-apa kalau bukan dengan kehendak Allah. Setiap detik ia memerlukan bantuan Allah untuk meneruskan hidupnya. Firman Allah:

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.
(Al Insaan: 2)
Sebab itu hati mukmin sangat membesarkan Allah, dalam setiap tindak-tanduknya. Tidaklah ia menyombongkan diri, walau dengan sesama manusia. Ia berjalan di bumi dengan rendah hati dan tenang. Firman Allah:

Terjemahannya: Hamba Allah (Ar Rahman) itu ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan tenang.
(Al Furqan: 63)
6. Kalau diuji oleh Allah, hati mukmin sabar dan redha. Bahkan tenang dengan ujian. Dia bersangka baik dengan Allah bahwa ujian adalah untuk penghapusan dosa atau peningkatan derajat oleh Allah. Tidaklah orang mukmin itu mengeluh dan mengadu-ngadu serta marah-marah terhadap ujian yang datang sama ada difitnah, dihujat, disakiti, ditimpa bencana alam atau apapun juga Ia sadar itu semua dari Allah, dan Allah bermaksud baik dengan ujian itu. Maka ia hanya mengadu dan mengharap pada Allah saja. Firman Allah:

Artinya: Apakah manusia mengira ia akan dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman sedang mereka belum diuji?
(Al Ankabut: 2)
Dengan itu hati mukmin apabila diuji bertambah imannya.
7. Hati mukmin senantiasa terkenang-kenang Allah. Maklumlah setiap detik rasanya menerima nikmat dari Allah; ilmu, harta, anak isteri, udara, air, makanan, bumi, langit, matahari dan segala-galanya. Ia lemas dengan nikmat yang tidak terhitung. Cinta dan rindunya tertumpah pada zat yang Maha Baik lagi Maha Mulia itu. Allah menceritakan tentang hati mukmin:
Artinya: yaitu mereka yang senantiasa mengingati Allah sewaktu berdiri, duduk dan berbaring.
(Ali Imran: 191)
Itulah di antara cirl-ciri hati mukmin. Dan itulah dia yang mencetuskan akhlak-akhlak yang baik dengan Allah dan dengan sesama manusia. Hal ini tidak terjadi pada orang kafir dan munafik. Hati yang seperti inilah yang membawa keikhlasan, kejujuran, kasih sayang, dan harmoni, serta yang membuahkan keamanan, kedamaian dan kebahagiaan kepada masyarakat.
Begitulah peranan hati mukmin di dalam kehidupan masyarakat, yang tidak wujud hari ini. Hati yang sempurna itulah yang hendak kita perjuangkan agar ia wujud. Moga-moga Allah memberi hidayah dan taufik kepada kita semua.
www.kata2hikmah.blogspot.com

No comments:

Post a Comment